Diberdayakan oleh Blogger.
Saat para cendikia berkata, yang lain mendengar...
Saat para fakir berbicara, yang lain membuang muka

Senin, 18 Januari 2010

Sebelum dan sesudah

Sebelum akhirnya aku menemukan sebuah kesenangan,aku harus berjuang melawan segenap resah. Aku meminta dengan sangat kepada Pemilik Jagad Raya,sebuah permintaan untuk menghadirkan tiap kesenangan dalam tiap helak nafasku. Sebelum akhirnya kutemukan sebuah jawaban pasti akan ada kiriman penantian berkepanjangan, aku diharuskan untuk menjamah sebuah rasa penasaran berujung. Sebelum akhirnya aku mengecap manisnya hidup, aku diberi cobaan lebih awal, semacam uji ketahanan yang sangat manusiawi. Sebelum,sebelum dan sebelum,brapa  lagi sebelum yang harus aku lewati. Terkadang begitu menyengsarakan diri hingga harus menunggu lama. Layaknya sebuah kewajiban, aku harus melakukan sesuatu sebelum mendapatkan sesuatu, malah harus berkorban sebelum mendapatkan hal yang teramat ingin kujangkau. Jika harus melepaskan apa yang ada padaku dalam batas dimensi kewajaran sangat bisa aku tolerir untuk mendapatkan yang indah itu. Pasti kulakukan.
Awalnya aku merasa jengkel jika harus meniti satu-satu demi sebuah tujuan, tapi lewat fase itu aku belajar  tentang hidup. Bahwa semuanya ada awal dan akhirnya. Dan tak harus menunggu lama untuk mendapatkan ‘riang’ meski masih dalam batas menunggu, karena kita bisa menyulap seperti apa keadaan hati dan kemauan. Menunggu dengan indah, menunggu dengan prasangka baik, menunggu dengan senyuman, bukan dengan resah. Meski tak pelat rasa resah kerap kali datang.
Setapak demi setapak akhirnya terukir di jejeran lantai bumi, itu adalah langkahan kakimu yang mulai tergambar. Menguak sisi indah dirimu pelan-pelan. Langkah itu menuju sebuah jalur, yang semoga bisa memahat ukiran senyum yang abadi. Tenanglah wahai manusia,kau tidak sendiri,ada kiriman bala bantuan yang setia menemani, di suka dan dukamu.
Tanyakan pada mereka, mengapa rela membangunkan candi-candi riang dalam relief hidupmu??tanyakan pula untuk apa mereka bersusah-susah menbangun sebuah prasasti tanda keberadaanmu, atau tanyakan kenapa harus rela menandatangani dan menyetujui perjanjian untuk ada bersamamu??ya..tanyakan sekali lagi pada mereka yang kau panggil teman,sahabat dan saudara. Mengapa membuang waktunya untukmu seorang??
Ada rasa pengat menjejal di tubuh saat ingat mereka. Ada haru menyunsum di celah tulang saat nama mereka satu satu terdengar. Jika kau tlah sampai ke tujuan hidupmu, mereka tak selalu bersamamu,karena mereka juga punya tujuan hidup.hanya saja Tuhan menyandingkan kita untuk sejalan meraih rahasia yang di depan itu,setelahnya semua hidup masing-masing. Sehingga yang terkenang saat  itu adalah kebersamaan saat ini. Yang menemanimu bukan mereka tapi yang kamu panggil keluarga, suami istri dan anak-anakmu kelak, tapi bayangan akan mereka tak akan pudar. Karena senyum, susah, senang sudah terbungkus dalam peti hati, teramat indah untuk dikenang, dan menjadi senandung cerita untuk cucumu kelak.
Mari belajar kesakitan dan haru biru yang tercipta dari riak sebuah kebersamaan dalam persahabatan karena setelah fase ini akan berganti dengan masa lain. Jadi sangat disayangkan melewatkannya. Mari belajar untuk jadi teman dan sahabat terbaik untuk mereka yang rela mengorbankan waktunya untukmu, mari belajar jadi sahabat untuk sahabat sepenuh hati tanpa pamrih.

0 komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...